Selasa, 22 Juli 2008

SEDIKIT INFO DARI JURNALISTIKUIN ..

Perlukah berorganisasi; Antar Mahasiswa dan Aktifis

Posted on by jurnalistikuinsgd

Oleh: Oki “abah” Sukirman

“Janganlah kalian menjadi orang yang tidak berpendirian (yang ikut-ikutan) dan selalu berkata: jika manusia mengatakan baik, kami pun ikut mengatakan baik dan jika mereka sesat, kami pun ikut tersesat. Akan tetapi, ambil keputusanmu sendiri. Jika manusia mengatakan baik, hendaklah kalian mengatakan baik pula dan jika mereka berbuat jelek, jangan kalian ikut tersesat” (Al-Hadist)

-Muhammad Ali Quthb dalam “50 Nasihat Rosulullah untuk generasi muda”-

Sengaja memang penulis memberikan “tanda tanya” yang ganda terhadap pertanyaan di atas. Ada beberapa argumen yang akan penulis kemukakan dalam tulisan ini kaitannya dengan pertanyaan di atas. Pertama, bahwa sadar atau tidak kondisi objektif mahasiswa sebagai sebuah dunia yang “maha” merupakan suatu realitas yang penuh dengan keanomalian. Ya, betapa tidak dunia mahasiswa merupakan satu zona yang sungguh berbeda dengan zona-zona sebelumnya (SMU, SMP, SD dan tentunya TK). Dengan kondisi yang berbeda tersebut tentunya penyikapan dan pergerakan yang dilakukannya pun jauh sekali harus berbeda.

Dalam jenjang SMA, SMP dan SD, kita hanya menjadi objek dari pembelajaran di sekolah, yang mana hanya “menunggu” untuk disuapi dan diberi. Siswa seolah berada dalam barisan paduan suara, jika kata guru A maka si siswa harus berkata A juga, tidak boleh tidak. Namun dalam dunia mahasiswa jejak itu hilang bahkan –kalaupun masih ada sampai hari ini- haruslah di berangus.
Dalam dunia kampus –sebutan untuk kandangnya mahasiswa-, mahasiswa mempunyai dua peran. Mahasiswa selain menjadi objek juga menjadi subjek atas terselenggaranya proses pendidikan di kampus.

Disini mahasiswa dituntut tidak melulu harus menunggu (penulis tidak memberi tanda kutip pada kata ini, entah? ) ilmu dari dosen atau dengan mengandalkan dari proses belajar dikelas belaka. Bahkan jika mahasiswa berpikir visioner, adalah sangat kurang sekali ilmu yang didapat di kelas. Coba bayangkan oleh kamu –mahasiswa!- jika kamu hanya mengandalkan ilmu hanya dari dosen dikelas, utu juga belum dosennya yang jarang hadir (ya maklum di UIN-Lah…), ditambah mening kalau hadir pun kita bisa menyerap seluruh ilmu yang disampaikan, kalau hanya dianggap “angin lalu”, so pasti isi “batok kepala” kita keluar dari kelas hanya terisi “sebagian” atau mungkin tidak sama sekali. Gawat kan, camkan itu!

Jawabannya, tentu untuk menjadi mahasiswa yang lebih baik tidak hanya tinggal diam, berpangku tangan, menunggu dan menunggu (sampai tua kalee…). Mahasiswa haruslah berpikir visioner, kreatif, selalu dinamis bergerak, mencari-mencari dan mencari.
Dalam perspektif penulis salah satunya upaya dan proses pemuasan “birahi” intelektual dan sosial mahasiswa adalah melalui organisasi. Ya, masuk dan aktif di organisasi, organisasi apapun itu. Yang pasti organisasi yang sesaui dengan pilihan dengan mengukur potensi dan bakat atau prioritas kedepan bagi kebaikan kita semua.

Organisasi merupakan sebuah inkubator untuk melahirkan mahasiswa kritis, –bukannya apatis-, kreatif, inovatif, dan progres terhadap realitas sosial di sekelilingnya. Oleh karenya gelar sebagai agent sosial of change yang sering kita dengar pantas untuk dikalungkan pada mahasiswa. Selain itu juga organisasi merupakan wahana “kampus kedua”. Kenapa penulis tadi mengatakan organisasi manapun? Yang pasti penulis mempunyai keyakinan bahwa setiap organisasi manapun –tentunya dengan barometer visi misi mahasiswa yang akan dicapai kedepan- akan memberikan nilai dan pengalaman yang sebelumnya tidak di temukan di kelas.

Adalah salah besar bila ada pihak atau kelompok yang melarang kita berorganisasi, atau melarang untuk mengikuti organisasi tertentu, itu sama saja memasung kreatifitas dan pergerakan mahasiswa yang notabnenya dinamis dan kritis, sama saja menghambat mahasiswa untuk maju dan mengeksplorasi segala potensi yang dimilikinya.

Organisasi dalam konteks ini bermacam-macam termasuk di kampus ini, ada organisasi intra kampus dan merupakan organisasi unit kegiatan mahasiswa (UKM). Organisasi ini merupakan wadah bagi mahasiswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Yang kedua adalah organisasi ektra kampus yang mana domisili dan pergerakannya diluar kampus (Ya iyalah namanya juga ekstra kampus…). Dan organisasi ektras ini banyak pula, apalagi organisasi pergerakan kemahasiswaan, ada HMI, IMM, PMII, KAMMI, PUI, dan yang lainnya.

Maka dalam kaca mata penulis, berorganisasi adalah adalah sebuah keharusan. apalagi bagi mahasiswa baru ataupun mahasiswa yang “lapuk”. Berorganisasi merupakan salah satu jalan untuk menemukan makna kuliah yang lain. Penulis yakin jika ada seorang mahasiswa yang masuk suatu organisasi –manapun- dia aktif, progresif dalam pergerakan dan kegiatan organisasi tersebut. Dia akan menemukan satu dunia baru yang tak terhingga, dibandingkan dengan mahasiswa yang kehidupannya hanya berkisar 3K (Kelas, Kost, Kantin-Kelas, Kost, Kantin ).

Itu merupakan alasan pertama. Kedua, yang jangan pernah dilupakan –atau memang belum tahu- bahwa berorganisasi merupakan salah satu perintah tuhan. Lo??? Gak percaya? Coba buka Al-Quran Surat Al-Imran 104. Baca satu ayat penuh plus artinya. Kalau memang disana kamu gak )Jnemuin kalimat, “kamu harus masuk organisasi” (ya iyalah…mana ada jangan kecewa dulu. Penulis akan sedikit menjelaskan makna yang tersirat dari ayat tersebut. Dalam ayat tersebut ada keharusan bagi kita semua untuk meng-“ada”-kan sekolompok umat/ manusia yang mana bertugas untuk mengajak pada yang ma’ruf dan melarang pada kemunkaran.

Eits..bukankah sekelompok orang yang mempunyai tujuan –tersebut- tertentu itu disebut organisasi. Ya jelas sekali dari ayat diatas berorganisasi merupakan salah satu perintah tuhan.
Oleh karena itu, jangan pernah terhasut oleh wacana-wacana yang mengesampingkan penting organisasi. Penulis yakin seyakin-yakinnya, orang-orang yang sukses itu tak luput dari kehidupan organisasi, coba deh tanya kepada dosen, dekan atau bahkan rektor. Sewaktu kuliahnya pasti mereka merupakan aktifis ulung dan bukan mahasiswa kerdil yang “kurung batokeun”.
Ingat! dalam dunia mahasiswa akan dan terus tumbuh berbagai pemahaman dan pola pikir yang bermacam-macam. Yang harus dilakukan adalah sikap saling menghargai bukan untuk saling memojokan atau membunuh karakter atau potensi pihak lain. Penulis yakin, Kawan-kawan mahasiswa sudah cukup dewasa dalam menentukan pilihan.

Memilih sesuatu pilihan sesuai dengan pemahaman dan pemikiran bukan atas sesuai ekspansi pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab atas hidup kita. Kita merupakan arsitek untuk diri kita sendiri dan bukan oleh orang lain. Kesuksesan hari ini adalah sikap dan keputusan kemarin dan saat ini. Dan kondisi kawan-kawan saat inidan esok adalah diri kita yang menentukan, bukan “dia” apalagi “mereka”.

Bagaimanapun pola pikir dan pemahaman mahasiswa harus dibiarkan terus berkembang tiada pembatasan apalagi pemasungan terhadap kritisisme. Mati bergerak atau hidup terinjak. Mengutip salah satu puisi Wiji Tukul : Satu Kata: LAWAN!.

Penulis adalah Masiswa Jurnalistik UIN Sgd Bandung, aktif di HMI Komisariat Dakwah dan Komunikasi Cab. Kab. Bandung sebagai Sekum.


(jurnalistikuin.. thx info nyah! berguna euy buat dirikuh!)

Tidak ada komentar: